Senin, 28 Desember 2009

Teknik Aransi

Teknik aransi marching band sederhana (Bagian 1)


Oleh: Marko S Hermawan*

Sering kali ketika saya melakukan penjurian di berbagai daerah, terutama untuk Music Analysis Hornline caption, saya terkadang memberikan masukan dalam memperbaiki aransemen di alat tiup, baik itu horn maupun pianika. Banyak hal yang sepertinya harus diperbaiki dalam teknik mengaransi ini, karena yang terjadi di lapangan terkadang membuat saya ‘gregetan’ untuk membetulkannya. Di artikel sebelumnya, saya menjelaskan mengenai ‘benang merah’ saat pelatih ingin membuat suatu paket penampilan marching band. Disini akan dijelaskan secara sederhana bagaimana aransemen yang efektif dan enak didengar.

Teori dasar

Linear Balance
Saya memakai panduan yang diberikan oleh Prof. Gary Corcoran, seorang profesor musik dari Plymouth State University, Amerika, yang mengatakan bahwa dalam sebuah musik, terdapat 4 bagian utama berdasarkan fungsinya (Whaley, 2005):

  1. Melodic Material (MM)
    Ini merupakan bagian yang memainkan melodi atau materi utama. Termasuk didalamnya dalah harmonisasi pendukung melodi (MMH) yang mengikuti sepanjang permainan. Biasanya Trumpet 1 ditemani oleh trumpet 2 dan 3, atau Baritone 1 ditemani Baritone 2, dst.
  2. Countermelodic Material (CM)
    Merupakan melodi kontra jalur, yang mana merupakan cerminan berbentuk melodi namun bergerak berlawanan dengan melodi itu sendiri. Biasanya Mellophone memegang peranan ini.
  3. Rhythmic Harmonic Material (RHM)
    Suara ini merupakan background pembentu ritme dan ciri khas dari musik tersebut. Biasanya perkusi dan alat musik non melodic/countermelodic memegang peranan di sektor ini.
  4. Sustained Harmonic Material (SHM)
    Suara ini adalah lebih kepada nada-nada panjang mengiringi melodi dan pembentuk kord-kord tertentu.

Istilah diatas sebaiknya diperkenalkan juga kepada pemain, agar nantinya setiap progresi melodi dan lagu, mereka mengetahui bagian apa yang sedang mereka mainkan. Efek dinamik, interpretasi dan volume suara akan sangat membantu apabila mereka mengerti hal-hal ini.

Teknik Doublings (Penebalan)
Teknik ini juga disebut teknik penebalan nada, artinya nada yang sama dimainkan oleh 2 atau lebih alat tiup atau pukul. Berfungsi untuk menguatkan melodi dan atau harmoni. Doublings biasanya melihat banyaknya alat, variasi alat dan kemampuan pemain (Bailey, 1994). Tidak ada gunanya memainkan melodi untuk 40 pemain sekaligus karena akan berdampak kerasnya melodi tanpa adanya harmonisasi. Teknik ini akan dipakai untuk aransemen pianika maupun hornline.
Dari gambar disamping bisa dilihat bahwa suara oboe 1 dan violin 2 sama, sehingga oboe men-dobel violin 2. Satu hal yang harus diperhatikan dalam teknik doublings ini adalah, apabila hendak men-dobel suara dari tipe alat yang berbeda, tuning alat tersebut harus bagus, sehingga output suara menjadi satu. Sedangkan suara Basson dan Low string berfungsi sebagai SHM, dan violin 1 sebagai harmoni pendukung MM.


• Aransemen Pianika

Sebelum memulai aransi, ada baiknya melihat dulu kekuatan dan kemampuan pemain pianika unit anda. Sifat dan karakter alat musik ini adalah homogen, velositas (kekuatan) suara kecil, dan mudah ditiup/dimainkan oleh pelajar. Sebagai gambaran ideal jumlah pianika, biasanya terdiri dari minimal 30-40 pemain. Apabila jumlah yang dipakai, maka aransi yang bisa dilakukan adalah 2 suara sopran.

  1. Sopran 1
    Suara sopran 1 biasanya mereka yang memainkan MM. Namun ada baiknya mereka juga mencoba untuk bermain CM, supaya bisa berbagi dan tidak mendominasi mereka yang bermain sopran 2.
  2. Sopran 2
    Mereka yang bermain disini adalah bagian SHM yang mengiringi melodi, atau bisa juga MM pembentuk harmonisasi MM. Bisa beralih fungsi dengan sopran 1, menjadi melodi utama.
  3. Pit Percussion
    Disini terkadang letak permasalahan. Sering kali unit yang saya nilai memakai teknik doubling sopran 1 dengan bells, sepanjang lagu. Ini menyebabkan suara bells terlalu mendominasi semua lagu, apalagi jika memiliki 6-8 bells, bermain bersamaan. Saran saya dengan bells yang cukup banyak, jadikanlah mereka sebagai RHM atau CM agar terdapat variasi melodi dan ritmitik yang indah, seperti arpeggio, chord, dll. Disarankan juga untuk menyesuaikan volume bells dengan pianika, agar tidak terlalu memekakkan telinga.
  4. Perkusi / Batterie
    Perkusi mempunyai andil besar terhadap tempo dan ritme dalam sebuah lagu. Sebagian besar fungsinya adalah di RHM. Perlu diperhatikan volume suara perkusi, agar tidak terlalu dominan saat pianika bermain melodi. Biasanya sang arranger perkusi akan menyesuaikan pola dan aransemen yang mendukung melodi tersebut.

Setelah menerapkan pembagian fungsi suara seperti diatas, usahakan pemain mengerti fungsi masing-masing bagian. Apabila sopran 1 bertindak sebagai MM, maka volume sopran 2 sebaiknya tidak menonjol, begitu pun sebaliknya. Disini diharapkan agar keseimbangan suara dapat terjadi. Dengan diberlakukannya ‘tugas & tanggung jawab’ dari sang arranger, maka pemain dapat menjalankan ‘kewajibannya’ memainkan lagu sesuai dengan aransemen, dengan baik dan benar. Sebagai gambaran, dibawah ini adalah contoh variasi pembagian fungsi suara untuk kelompok pianika:

Fungsi Suara
Intro
Verse 1
Verse 2
Reff
Bridge
Reff 2 / Modulasi
Coda/Ending
Sopran 1
SHM
MM
CM
MM
SHM
MM
CM
Sopran 2
MMH
SHM
MM
MMH
SHM
MMH
MMH
Pit
MM
RHM
RHM/CM
CM
MM
CM
MM/SHM
Batterie
MMH
-
RHM
RHM
RHM
RHM
SHM

Selamat mencoba…!!

Salam,
Marbo
* Penulis adalah Staff pengajar Binus Business School & Endorser Jupiter Indonesia.

Tidak ada komentar: